Wara adalah Suatu Sikap Berhati-hati Meninggalkan Sesuatu yang Dikhawatirkan Membahayakan Kehidupannya di Akhirat Nanti.
SIKAP WARA
Wara adalah Suatu Sikap Berhati-hati Meninggalkan Sesuatu yang Dikhawatirkan Membahayakan Kehidupannya di Akhirat Nanti.
Seseorang yang Meninggalkan suatu Hal yang Masih Samar karena Khawatir termasuk Perbuatan Haram, itu adalah Bentuk Sikap Wara.
Rasul Shollallaahu Alaihi Wasallam Bersabda :
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ
Jadilah Seorang yang Wara, Niscaya Engkau menjadi Manusia yang Paling (Tinggi Kualitas) Ibadahnya. (H.R Ibnu Majah Rahimahullah, dinyatakan sebagai Sanad yang Hasan oleh AlBushiri Rahimahullah dalam Mishbahus Zujaajah).
Ibnul Mubarak Rahimahullah (Salah Seorang Guru Imam Al-Bukhari Rahimahullah) Berkata : Sungguh Aku Mengembalikan Harta Satu Dirham yang berasal dari Harta yang Syubhat Lebih Aku Cintai dari pada Bersedekah dengan Seratus Ribu (Dirham),…hingga 600 Dirham (Shifatus Shofwah (4/139).
Dikutip dari Buku 40 HADITS PEGANGAN HIDUP MUSLIM
(Syarh Arbain AnNawawiyah).
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
http://telegram.me/alistiqomah
Zuhud, Wara Dan Tidak Berharap Kepada Manusia
Teladan dari Al-Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullâhu Ta’ala
Abdullah bin Ahmad bercerita, “Dahulu pada masa pemerintahan Khalifah Al-Watsiq, kami hidup sangat susah. Maka ada seseorang menulis surat kepada ayahku: “Saya memiliki 4.000 dirham yang saya dapatkan dari warisan orang tua saya, bukan shadaqah dan bukan zakat. Mungkin Anda mau menerimanya?” Ayahku menolaknya dan orang itu berulang kali menawarkannya, namun beliau tidak mau.
Salah seorang pedagang pernah menawari beliau 10.000 dirham dari keuntungan dagangnya yang memang sejak awal dia mengatasnamakan usahanya itu untuk ayahku, namun beliau tidak mau menerimanya dan mengatakan, “Kami dalam kecukupan, semoga Allah membalas niat baikmu.”. Ada pedagang lain yang menawari pemberian 3000 dinar, namun beliau menolaknya dan pergi meninggalkannya.
Ketika beliau di Yaman, perbekalan beliau habis. Maka guru beliau yaitu Abdur Razzaq memberi ayahku dinar sepenuh telapak tangan. Namun ayahku tidak mau menerimanya dan mengatakan, “Kami dalam kecukupan.”
Ketika masih di Yaman, pakaian beliau pernah dicuri sehingga beliau tidak bisa keluar rumah dan mengunci pintu. Maka para shahabatnya merasa kehilangan sehingga mendatangi beliau untuk mengetahui keadaannya. Maka beliau pun menceritakan sebabnya. Mereka pun memberi beliau emas, namun beliau tidak menerimanya dan tidak mengambil kecuali satu dirham, itu pun sebagai upah bagi beliau untuk menuliskan hadits bagi mereka.”
(Al-Bidayah wan Nihayah, terbitan Hajr, 14/389)
Dikirim oleh AlUstdz Abu ‘Ibrohim Poso
Perbedaan Antara Zuhud Dan Wara’
ﻭﻣﻦ ﺃﺟﻮﺩ ﻣﺎ ﻗﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﻕ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺍﻟﻮﺭﻉ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﺑﻦ ﺍﻟﻘﻴﻢ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ (ﻣﺪﺍﺭﺝ ﺍﻟﺴﺎﻟﻜﻴﻦ)
ﺑﻘﻮﻟﻪ: ﺳﻤﻌﺖ ﺷﻴﺦ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺍﺑﻦ ﺗﻴﻤﻴﺔ ﻗﺪﺱ ﺍﻟﻠﻪ ﺭﻭﺣﻪ ﻳﻘﻮﻝ:
– ﺍﻟﺰﻫﺪ: ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻨﻔﻊ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ.
– ﻭﺍﻟﻮﺭﻉ : ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﺗﺨﺎﻑ ﺿﺮﺭﻩ ﻓﻲ ﺍﻵﺧﺮﺓ .
ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻟﻌﺒﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﺎ ﻗﻴﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺰﻫﺪ ﻭﺍﻟﻮﺭﻉ
ﻭﺃﺟﻤﻌﻬﺎ. ﺍﻧﺘﻬﻰ
Pendapat yang paling bagus tentang perbedaan antara zuhud dan wara’ adalah apa yang disebutkan Imam Ibnul Qoyyim -رحمه الله- dalam buku Madarijus Salikin. Beliau berkata:
Aku mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
“Zuhud adalah:
Meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfa’at di akhirat.
– Sedangkan wara’ adalah:
Meninggalkan apa-apa membahayakan untuk akhirat.”
Dan ini adalah istilah yang paling bagus dan paling mencangkup tentang zuhud dan wara’.
-WBF-
KOMENTAR