Mutiara Khaibar | Kisah di Balik Perang Khaibar

SHARE:

Kisah Amir bin al Akwa di Perang Khaibar

MUTIARA KHAIBAR

✍🏻 Al-Ustadz Abu Falih Yahya حفظه الله تعالى



Shahabat Salamah bin al-Akwa' pernah berkisah, “Kami keluar bersama Nabi menuju Khaibar. Kami berjalan di malam hari. Lalu ada salah seorang dari rombongan berkata kepada 'Amir, "Wahai 'Amir, maukah engkau memperdengarkan sya'ir rajazmu kepada kami?" -’Amir adalah seorang penyair ulung-. Dia pun turun (dari kendaraannya) menuntun rombongan sambil bersenandung:

"Ya Allah, sekiranya bukan karena Engkau, niscaya kami tidak akan mendapatkan hidayah

Tidak mengeluarkan sedekah dan tidak pula mengerjakan shalat

Maka berikanlah ampunan, jiwaku sebagai tebusannya, selama kami bertakwa

Berikan kekokohan pada kaki-kaki ini jika kami bertemu musuh

Turunkanlah kepada kami ketenangan

Sesungguhnya jika kami diseru (untuk berjihad), kami pun enggan mengelak

Dan dengan seruan itu, mereka telah melampaui batas terhadap kami."

Rasulullah ﷺ bertanya, “Siapa penuntun ini?” 

“Amir bin al Akwa." Jawab mereka. 

Beliau bersabda, “Semoga Allah merahmatinya.” 

Spontan seorang dari rombongan menimpali. “Pasti terjadi (yakni, dia akan syahid). Wahai Nabi Allah, sekiranya anda memberikan tangguh kepada kami untuk bersenang-senang dengannya?” 

Kami pun mendatangi Khaibar. Kami kepung mereka hingga kami tertimpa kelaparan yang sangat. Kemudian Allah membukakan kemenangan untuk kami.

Di waktu sore sehari sebelum penaklukan Khaibar, orang-orang menyalakan banyak api, maka Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bertanya, “Api apa ini? Untuk apa kalian menyalakannya?" 

Mereka menjawab, “Untuk memasak daging.” 

Beliau bertanya lagi, “Daging apa ?" 

Mereka meniawab, “Daging keledai."

Nabi ﷺ pun bersabda, "Tumpahkan dan pecahkan bejana-bejana itu!"

Lantas ada seseorang berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kami tuangkan dan kami mencucinya ?"

Beliau bersabda, "Iya, begitu saja." 

Ketika orang-orang sudah berbaris, ternyata pedang 'Amir ini pendek. Dia mencoba untuk menjangkau betis seorang Yahudi untuk ditebasnya, namun mata pedangnya berbalik dan justru  mengenai lututnya sendiri hingga dia meninggal karenanya. 

Rasulullah ﷺ melihatku sambil memegang tanganku, “Ada apa denganmu?” 

Aku menjawab, “Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu. Mereka mengklaim bahwa 'Amir gugur amalannya." 

Nabi ﷺ bersabda, “Keliru orang yang mengatakannya. Sesungguhnya dia akan mendapat dua pahala." Beliau menghimpun antara kedua jarinya. “Sungguh dia seorang yang bersungguh-sungguh lagi mujahid. Jarang orang Arab yang berjalan sebaik dia.” [H.R. Al Bukhari no. 4196 dan Muslim no. 1802]. 

Salamah bin 'Amr bin al Akwa' رضي الله عنه mengisahkan bahwa para shahabat keluar bersama Nabi ﷺ menuju Khaibar. Peristiwa ini terjadi setelah perjanjian Hudaibiyyah. 

Sepulang Nabi ﷺ dari Hudaibiyyah, turunlah surat al Fath di antara Makkah dan Madinah. Allah سبحانه وتعالى menjanjikan dalam sebuah ayat-Nya: 

وَعَدَكُمُ اللَّهُ مَغَانِمَ كَثِيرَةً تَأْخُذُونَهَا فَعَجَّلَ لَكُمْ هَٰذِهِ 

"Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu." 

(Q.S. Al Fath: 20).

Para ahli tafsir mengatakan “harta rampasan yang disegerakan” maksudnya adalah kemenangan atas Khaibar.

Khaibar adalah sebuah kota besar yang memiliki banyak benteng pertahanan yang kokoh. Terletak di sebelah utara kota Madinah sejauh 8 barid (sekira 150 km) dan dihuni oleh bangsa Yahudi. 

Nabi tiba di Madinah pada bulan Dzul Hijjah dan tinggal beberapa saat. Setelah itu beliau berangkat ke Khaibar pada beberapa hari tersisa dari bulan Muharram. Nabi berangkat dari Madinah di akhir bulan Muharram pada tahun 7 H.

Kaum munafikin mendengar bahwa Nabi mendapat janji dari Allah berupa ganimah dari Khaibar. Mereka pun ingin turut mendapat bagian darinya. Hanya saja, bagian ini Allah khususkan untuk kaum mukminin yang ikut bersama beliau dalam Baiatur Ridhwan. Sehingga beliau hanya mengajak para sahabat tersebut yang berjumlah sekitar 1400 orang.

Dalam safarnya, Nabi ﷺ terbiasa menempuh perjalanan di malam hari. Sebab hawa yang relatif dingin membuat jiwa lebih bersemangat. Berbeda halnya dengan berjalan di bawah terik matahari. Alasan yang lain adalah sebagaimana yang beliau sabdakan, “Hendaknya kalian berjalan di malam hari, karena pada waktu malam bumi itu dilipat." [H.R. Abu Dawud dari Anas رضي الله عنه dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahihul Jami' 4064]. 

Di tengah perjalanan, ada seseorang yang meminta shahabat 'Amir bin al Akwa' رضي الله عنه, yang merupakan paman Salamah bin 'Amr bin al Akwa' untuk mendendangkan bait-bait sya'ir rajaznya. Begitu diminta, 'Amir turun dari kendaraannya berjalan di depan rombongan, menuntun kendaraan sambil melantunkan sya'ir-sya'ir tersebut. 

Hal ini dilakukan demi memberi semangat pada jiwa dalam mengarungi beratnya perjalanan. Di samping juga menunjukkan bahwa hukum asal sya'ir itu adalah mubah. Sebab sya'ir seperti perkataan biasa, yang baik dihukumi baik dan yang buruk dihukumi buruk. 

Mendengar bait-bait yang dilantunkan 'Amir, Nabi ﷺ bertanya, “Siapa si penuntun ini❓” 

Para shahabat menjawab, “'Amir bin al Akwa'." Lalu Nabi ﷺ berdoa, “Semoga Allah merahmatinya." 

Dalam riwayat lain, “Semoga Allah mengampuninya." 

'Umar رضي الله عنه bisa menangkap makna sabda beliau, hingga 'Umar berkata, “Pasti terjadi. Wahai Nabi Allah, sekiranya anda memberikan tangguh untuk kami bisa bersenang-senang dengannya." Maksud 'Umar, “Kami berharap kiranya anda menangguhkan doa ini kepada 'Amir agar kami bisa mengambil manfaat dengan persahabatan dan keberaniannya." Para sahabat sadar, bahwa siapa yang didoakan Nabi dengan doa seperti ini, niscaya dia akan mendapat mati syahid.

Nabi ﷺ tiba di dekat Khaibar sebelum waktu shubuh. Beliau menunaikan shalat shubuh, lalu naik kendaraannya melewati lorong Khaibar. Ketika mulai memasuki perkampungan, beliau ﷺ bersabda, “Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar, sesungguhnya jika kami telah sampai di perkampungan suatu kaum, maka hari itu akan menjadi seburuk-buruk bagi orang-orang yang telah diberi peringatan." Beliau ucapkan tiga kali. 

Penduduk Khaibar sudah mulai keluar menuju aktivitasnya. Mereka tidak sadar akan kedatangan tentara Allah. Begitu melihatnya, mereka lari ketakutan menuju benteng sambil mengatakan, "Ini Muhammad dan pasukannya."

Akhirnya Nabi ﷺ dan para sahabat mengepung mereka. Wilayah Khaibar memiliki banyak benteng sebagai pertahanan yang berlapis. Ahli sejarah mengatakan bahwa benteng pertama yang berhasil  ditundukkan adalah benteng Na'im. Dan setiap kali satu benteng jatuh, kaum Yahudi pun masuk ke benteng berikutnya. Mereka pun mengepung benteng-bentengnya selama belasan hari. Waktu pengepungan yang cukup lama ini tentunya membutuhkan persediaan Iogistik yang cukup. 

Karena minimnya Iogistik ini, para sahabat sampai tertimpa kelaparan yang sangat. Mereka pun menyembelih keledai untuk dimasak. Namun ternyata Nabi ﷺ melarang dan memerintahkan agar ditumpahkan. Ini menunjukkan bahwa daging keledai itu haram sekaligus najis sebagaimana pendapat jumhur ulama. 

Di hari pengepungan terakhir, keluarlah raja sekaligus kesatria Yahudi yang bernama Marhab menghunus pedang, mengajak duel. Maka majulah 'Amir memenuhi tantangannya. Terjadilah pertarungan hebat sampai akhirnya pedang Marhab mengenai perisai 'Amir. Peluang ini digunakan oleh 'Amir dengan cara menunduk, menyabetkan pedang ke arah bawah. Karena pedangnya pendek, serangannya meleset dan justru berbalik mengenai lututnya sendiri hingga menyebabkan kematiannya.

Marhab kemudian mengajak duel lagi. Ali رضي الله عنه pun maju melayaninya dan dengan mudah Ali dapat mengalahkannya hingga akhirnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan. AIlah سبحانه وتعالى mengaruniakan kemenangan pada bulan Shafar.

Di perjalanan pulang, orang-orang 

membicarakan tentang kejadian 'Amir yang terbunuh dengan pedangnya sendiri hingga mereka meragukan akan kesyahidannya dan mengira amalannya menjadi sia-sia.

Demi mendengar klaim seperti ini, Salamah yang merupakan keponakan 'Amir menjadi sangat bersedih hingga wajahnya tampak begitu muram. 

Nabi ﷺ yang memiliki perhatian besar terhadap umatnya, melihat perubahan ini dan bertanya akan sebabnya hingga dijawablah oleh Salamah. Maka Nabi ﷺ bersabda, “Telah keliru orang yang berkata demikian. Sesungguhnya 'Amir akan mendapat dua pahala. Karena dia telah bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan dan berjihad di jalan Allah. Jarang sekali orang Arab yang menempuh semisal jalan beliau.

Kisah ini memberikan penjelasan gamblang kepada kita bahwa telah menjadi pemahaman baku para shahabat bahwa bunuh diri itu diharamkan, meski saat peperangan. Dan Nabi pun tidak mengingkarinya. Beliau hanya menjelaskan bahwa apa yang terjadi pada 'Amir ini bukan bunuh diri, sebab dia tidak melakukannya dengan unsur kesengajaan.

Dari situ kita bisa mengetahui dilarangnya operasi teror yang dikenal dengan bom syahid. Di samping merupakan aksi bunuh diri yang diharamkam, terkadang yang jadi korban adalah orang kafir dzimmi, mu'ahad, musta'min, dan bahkan muslim. Kita berlindung kepada Allah dari segala kesesatan.

Karenanya, banyak ulama Ahlus Sunnah yang memfatwakan keharamannya seperti Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, Syaikh Abdul 'Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al 'Utsaimin, Syaikh Ahmad bin Yahya an Najmi, Syaikh 'Ubaid al Jabiri dan selainnya. Wabillahit taufiq.

Sumber || Majalah Qudwah Edisi 12
https://t.me/Majalah_Qudwah

KOMENTAR

BLOGGER
Nama

Adab-Akhlak,233,Akhirat,22,Akhwat,107,Anak Muda dan Salaf,228,Anti Teroris,2,Aqidah,276,Arab Saudi,12,Asma wa Shifat,2,Audio,44,Audio Singkat,8,Bantahan,103,Bid'ah,59,Biografi,86,Cerita,64,Cinta,10,Dakwah,44,Doa Dzikir,66,Ebook,15,Fadhilah,71,Faedah Ringkas,17,Fatwa Ringkas,4,Fiqih,341,Ghaib,16,Hadits,168,Haji-Umroh,15,Hari Jumat,31,Hari Raya,5,Ibadah,43,Info,80,Inspiratif,39,IT,10,Janaiz,7,Kata Mutiara,128,Keluarga,234,Khawarij,21,Khutbah,4,Kisah,283,Kitab,6,Kontemporer,152,Manhaj,175,Muamalah,46,Nabi,19,Nasehat,624,Poster,7,Puasa,53,Qurban,18,Ramadhan,51,Rekaman,2,Remaja,153,Renungan,94,Ringkasan,100,Sahabat,69,Sehat,26,Sejarah,52,Serial,3,Shalat,155,Syiah,25,Syirik,14,Tafsir,47,Tanya Jawab,590,Tauhid,52,Tazkiyatun Nafs,107,Teman,20,Thaharah,21,Thalabul Ilmi,143,Tweet Ulama,6,Ulama,85,Ustadz Menjawab,9,Video,20,Zakat,12,
ltr
item
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy: Mutiara Khaibar | Kisah di Balik Perang Khaibar
Mutiara Khaibar | Kisah di Balik Perang Khaibar
Kisah Amir bin al Akwa di Perang Khaibar
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNE2IK_Cp9K3w8hlekwhzMpkjuIRpVatYAusqS46Vc6XgyE1NssujmDMjoJEC4BgG45P_w9nkQJJde-1RW_ij7pS4fLvfVmz7IIiE1ptAEBmYPw6WI5m4hT9bywCY3ggrh5UmD7afSvaIw/s320/mutiara+khaibar.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNE2IK_Cp9K3w8hlekwhzMpkjuIRpVatYAusqS46Vc6XgyE1NssujmDMjoJEC4BgG45P_w9nkQJJde-1RW_ij7pS4fLvfVmz7IIiE1ptAEBmYPw6WI5m4hT9bywCY3ggrh5UmD7afSvaIw/s72-c/mutiara+khaibar.jpg
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
https://www.atsar.id/2021/08/httpswww.atsar.id202108mutiara-khaibar-kisah-di-balik-perang-khaibar.html
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/2021/08/httpswww.atsar.id202108mutiara-khaibar-kisah-di-balik-perang-khaibar.html
true
5378972177409243253
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA POST Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Beranda HALAMAN POSTS Lihat Semua BACA LAGI YUK LABEL ARSIP SEARCH ALL POSTS Al afwu, artikel tidak ditemukan Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan yang lalu Pengikut Ikut THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy