Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?

SHARE:

Sudahkah engkau berkorban untuk Islam? Kita butuh dakwah, bukan dakwah butuh kita.

Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?

Al-Ustadz Abu Nuh Az-Zubair Al-Batahany حفظه الله تعالى
Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?

Muqaddimah

الـحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالـهُدَى وَدِيْنِ الـحَقِّ ؛ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللهِ شَهِيْدًا . وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ؛ إِقْرَارًا بِهِ وَتَوْحِيْدًا ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا مَزِيْدًا ، أَمَّا بَعْدُ ؛ 

 Akhi fillah, barokallahu fiik..  

Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidup seorang hamba. Satu detik lebih berharga dibandingkan emas pemata yang melimpah ruah.  

 Barangsiapa yang menyia-nyiakan waktu,  berarti ia telah menyia-nyiakan hal yang lebih berharga daripada harta yang banyak. 

Siapapun tentu tidak akan mungkin mau untuk membuang hartanya dengan kesia-siaan. Lantas, kenapa kita banyak membuang-buang waktu untuk hal-hal yang sia-sia. Padahal waktu itu lebih berharga daripada harta. Nas’alullahas salamah wal ‘afiyah..  

Jika kita membaca kisah-kisah yang menyebutkan tentang perjalanan hidup para ulama’, niscaya akan didapati berbagai hal yang menakjubkan di dalamnya. Membuat hati berdecak kagum dan takjub. Luar biasa. Manusia-manusia ajaib!  

Waktu-waktu mereka dihabiskan untuk melakukan berbagai hal yang bermanfaat. Bahkan mereka sangat bakhil terhadap waktu. Sangat pelit untuk memberikan waktunya walaupun sedikit saja untuk hal-hal yang sia-sia.  

Dimanakah kita dari mereka?. Sangat jauh!. Bisakah kita menyamai kehebatan mereka dalam belajar?. Atau kehebatan mereka dalam beribadah? Dan upaya yang dilakukan untuk memperjuangkan tegaknya agama Allah?. Silahkan jawab sendiri.  

Kita sangat jauh dari mereka. Namun, jangan putus asa untuk terus berupaya untuk bisa menjadi seperti mereka!.  

Ingat, ini merupakan amalan besar yang menuntut dari kita semua adanya keseriusan. Musuh-musuh islam telah merapatkan barisan. Mereka selalu berusaha untuk mengacaukan barisan kaum muslimin. Target utama mereka adalah menghancurkan islam.  

Bagaimana dengan anda wahai sobat?. Apakah anda masih sering melamun, terlalu banyak bermain dan bermalas-malasan?. Ini bukan waktunya untuk beristirahat dan bermalas-malasan!. Inilah saatnya kita melawan musuh-musuh Allah dengan pedang-pedang ilmu.  

Mari rapatkan barisan, jangan berpecah dan teruslah fokus ke depan. Benteng pertahanan tidak boleh roboh. Lemparkanlah tombak-tombak ilmu dan hujjah.  

Teruslah asah pedang-pedang itu agar semakin tajam. Tidak bisa tidak. Fokuslah mempelajari ilmu syar’i dan jangan hiraukan perkembangan teknologi di luar sana. Teknologi itu akan anda dapati suatu hari nanti insyaallah.  

Kesempatan ini hanya datang sekali. Maka, berusahalah untuk bersemangat menolong agama Allah.  

Kami telah menulis buku ini dengan judul, ‘Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?’. 

Semoga bisa diambil manfaat darinya dan semoga bisa menjadi pelecut semangat kita semua. Aamiin..  

Sebaik-baik Manusia 

Akhi fillah, barokallahu fiik...  

Seperti menghitung bintang di langit, demikian pula dengan menghitung banyaknya jumlah manusia yang ada di muka bumi ini. Tidak akan mungkin bisa dilakukan secara sempurna.  

Tidak usah jauh-jauh. Di Indonesia saja misalkan. Coba kita berusaha menghitung jumlah manusia. Tentu jumlah mereka secara menyeluruh tak bisa dipastikan.  

Di tahun 2023, BPS memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia mencapai 278,70 juta jiwa. Dalam 78 tahun usia Indonesia, berarti jumlah penduduk bertumbuh 307 persen atau rata-rata per tahunnya sekitar 4 persen. (Data.tempo.co) 

Itupun hanya perkiraan. Karena bisa dipastikan bahwasanya masih ada yang belum terdata. Hal itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang padat dengan penduduk.  

Ada jutaan manusia di bumi ini. Bahkan mungkin lebih dari jumlah itu. Wallahu a'lam.  

Dengan izin Allah Ta'ala, kaum muslimin di era sekarang ini semakin bertambah. Dan islam bisa menyebar ke berbagai penjuru dan belahan dunia.  

Kaum muslimin tidak hanya berasal dari satu suku saja maupun satu wilayah saja. Bahkan mereka berasal dari beragam jenis suku dan bangsa yang ada di dunia.  

Ada yang berkulit hitam, ada yang putih. Disini memiliki adat istiadat begini, disana punya adat istiadat begitu. Semuanya beragam dan bervariasi. Tidak hanya satu warna saja, tapi beranekaragam dan punya banyak corak.  

Tidak semestinya bagi siapa saja untuk meremehkan saudaranya sesama muslim. Dalam masalah adat, suku, daerah maupun budaya mungkin saja berbeda. 

Tetapi, bukankah qolbu-qolbu mereka  berada di atas satu ikatan?. Ikatan keimanan dan persaudaraan karena Allah.  

Allah Ta'ala berfirman,  

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا  اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti." (QS. Al-Hujurat: 13)  

Kemuliaan itu diraih dengan cahaya takwa dan kelezatan iman. Bukan dengan mengumpulkan segudang harta dan berbagai emas permata.  

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bertakwa diantara mereka. Jangan mengira bahwa yang terbaik adalah mereka yang bertahta atau yang paling terkenal di tengah-tengah manusia.  

Rasulullahﷺ   telah menyebutkan mengenai perkara ini beberapa abad silam,  

 إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ 

  "Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa-rupa dan harta-harta kalian. Tetapi Dia melihat hati dan amal kalian”. (HR. Muslim)  

Sehingga, ini merupakan hal yang penting untuk diingat. Dalam memandang kemuliaan, jangan sampai kita melihat kepada rupa-rupa manusia maupun harta-harta mereka.  

Yang dilihat adalah bagaimana hubungannya dengan Allah dan hubungannya dengan manusia yang lainnya. Kita hanya mampu menilai dzahirnya saja.  

Termasuk diri sendiri. Bagaimanakah kondisi bathin kita. Apakah sudah merealisasikan ketakwaan yang sesungguhnya?. Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia adalah orang yang paling bertakwa di sisi-Nya.  

Tidakkah kita ingin mendapatkan pujian 'manusia yang paling mulia'?. Maka berusahalah untuk senantiasa bertakwa kepada-Nya Azza wa Jalla.  

Diantara banyaknya jumlah manusia yang ada di muka bumi ini. Rasulullah ﷺ   pernah menyebutkan tentang sifat manusia terbaik. 

Beliau ﷺ   bersabda,  

وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hasan Shahih, Silsilah As Shahihah no. 426)  

Subhanallah. Derajat kemuliaan dapat diperoleh dengan mewujudkan ketakwaan. Dan upaya menjadi manusia terbaik bisa diperoleh dengan berusaha untuk banyak memberikan manfaat kepada orang lain. 

Upaya untuk memberikan manfaat kepada manusia sangatlah beragam dan bervariasi. Tidak hanya dengan satu cara saja. Tetapi ada banyak sisi untuk memberikan manfaat kepada mereka. 

Dari segi duniawi misalkan. Hal itu dapat dilakukan dengan memberikan kegembiraan kepada mereka, berupaya membantu ketika mereka kesusahan, meringankan pekerjaan yang berat dan banyak upaya lainnya yang bisa direalisasikan untuk mewujudkan hal ini. 

Terlebih lagi dalam masalah agama. Jika seseorang menjadi sebab orang lain mendapatkan hidayah, tentu hal ini jauh lebih utama lagi. Berarti ia telah memberikan manfaat terbesar kepada manusia.  

Apakah ada sesuatu yang lebih utama atau yang lebih berharga dibandingkan permasalahan agama yang menyangkut akhirat manusia?. Tentu tidak ada. Ini merupakan perkara yang harus diperhatikan.  

Allah Ta'ala berfirman,  

وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ  

"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?" (QS. Fussilat: 33) 

Bahkan harta terbaik di zaman Rasulullah ﷺ   tidak lebih baik dibandingkan pahala seseorang yang menjadi sebab manusia mendapatkan taufik dari Allah. 

Unta merah yang dianggap manusia sebagai harta yang paling utama di masa itu tidak ada apa-apanya dibandingkan pahala orang tersebut.  

Nabi ﷺ   bersabda, 

فَوَاللَّهِ لأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ 

“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406) 

Manusia yang paling punya jasa besar dalam memberikan manfaat kepada manusia lain adalah para ulama'. Karena mereka telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki kondisi agama umat.  

Bahkan kehidupan mereka tak lekang dari dakwah ilallah. Umur mereka dihabiskan untuk memberikan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Tidak lain dan tidak bukan adalah menyebarkan ilmu agama di muka bumi.  

Apakah yang sudah kita berikan untuk agama ini?. Lihatlah kesungguhan para ulama!. Subhanallah.. 

Maka, semangatlah belajar dan lanjutkanlah perjuangan dakwah para ulama. Menyeru manusia kepada Shirotol Mustaqim (jalan yang lurus). Inilah kemuliaan terbesar dalam hidup seorang hamba.  

Pentingnya Ta’awun 

Manusia merupakan makhluk sosial. Mereka hidup dalam keadaan senantiasa melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin menyendiri tanpa ada komunikasi dengan orang lain.  

Sudah merupakan perkara yang wajar jika mereka harus hidup dalam lingkaran saling tolong menolong. Di hari ini, kita yang akan menolong orang lain. Tetapi besok, bisa jadi sebaliknya. Orang lain yang akan menolong kita.  

Perusahaan sebesar apapun tidak akan bermanfaat jika tidak memiliki karyawan dan pekerja. Mustahil, jika hanya para bosnya saja yang menjalankan semua itu.  

Orang yang kaya membutuhkan tenaga orang-orang yang dibawah mereka untuk membangun rumah, bangunan dan memudahkan urusan mereka. Jika semua orang kaya raya, tentu tidak akan ada lagi yang mau bekerja sebagai tukang bangunan. Dan masih sangat banyak contoh lainnya dalam permasalahan ini.  

Dalam masalah dunia saja, sudah terlihat jelas betapa pentingnya untuk saling tolong menolong diantara manusia. Ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan. Tidak bisa tidak.  

Saling tolong menolong ini disebut dengan 'taawun'. Ta'awun adalah salah satu kata dalam bahasa Arab.  

Di dalam Al-Qur'anul Karim, Allah Azza wa Jalla berfirman,  

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ 

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2) 

Di dalam agama yang mulia ini, kaum muslimin diperintahkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk saling tolong menolong di atas kebaikan dan ketakwaan. Yang itu pada perkara-perkara yang bermanfaat bagi mereka masing-masing. Atau menyangkut kemaslahatan umum yang semua orang bisa merasakan kemanfaatannya.  

Sebaliknya. Mereka dilarang untuk tolong menolong di atas dosa dan permusuhan. Jika pada suatu perkara mengandung unsur kemaksiatan atau pelanggaran terhadap syariat maka seseorang tidak boleh untuk membantu saudaranya dalam hal itu.  

Jika kita melihat kembali kepada generasi terbaik umat ini, niscaya akan didapati betapa semangatnya mereka dalam mengamalkan firman Allah tersebut. 

Kita akan melihat betapa besarnya pengorbanan mereka untuk agama ini dan besarnya kepedulian mereka terhadap saudara-saudaranya kaum muslimin. 

Tidak mungkin agama ini tegak dengan sendirinya. Bahkan Rasulullah ﷺ   dalam menjalankan tugas beliau yang mulia, -yakni mengajak manusia ke jalan Allah-. Beliau dibantu oleh para sahabat.  

Beliau ﷺ   tidaklah sendiri dalam menegakkan dakwah dan mengalahkan musuh-musuh Allah ketika itu. Beliau bersama dengan para sahabat menembus benteng-benteng musuh dan menegakkan jihad fi sabilillah.  

Keseharian beliau pun tidak lepas dari bantuan para sahabat. Tentunya semua itu atas izin Allah Ta'ala.  

Bukan berarti Allah tidak mampu untuk memenangkan beliau sendirian tanpa ada bantuan dari manusia manapun. Namun diantara ibrah (pelajaran) dari semua itu adalah bahwasanya dakwah ilallah tidaklah tegak dengan seorang diri saja.  

Dakwah ini butuh kepada ta'awun diantara mereka, kaum muslimin secara umum. Dalam menegakkan agama islam, perlu adanya kekompakan.  

Terkhusus untuk Ahlussunnah. Dakwah yang mengajak manusia untuk kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafush shalih. Semua itu dibangun di atas ketakwaan, keikhlasan dan tanpa ada unsur duniawi di dalamnya.  

Bagi yang memiliki harta, hendaklah ia berikan untuk dakwah yang mulia. Siapapun yang punya ilmu, maka upayakanlah agar ilmu itu bisa bermanfaat bagi kaum muslimin, terkhusus Ahlussunnah.

Dakwah itu tidak mesti dilakukan di atas mimbar, majelis-majelis ta'lim maupun di muhadhoroh khusus. Akan tetapi, bisa dilakukan dimanapun seseorang berada.  

Upaya seseorang untuk menasehati saudaranya yang terjatuh ke dalam kesalahan adalah dakwah. Menunjukkan akhlak yang mulia kepada manusia, terkhusus masyarakat yang belum mengenal manhaj salaf adalah dakwah. 

Dan masih banyak hal lainnya yang termasuk bagian dari dakwah. Termasuk dalam hal ini ialah menulis berbagai tulisan yang bermanfaat untuk kaum muslimin. Sehingga, dakwah itu bukan hanya melalui lisan saja bahkan para ulama' banyak yang berdakwah melalui tulisan.  

Bukankah di zaman Rasulullah ﷺ   beliau mengajak para raja-raja yang masih kafir untuk masuk islam melalui surat-surat?. Diantara keutamaan berdakwah melalui tulisan adalah tulisan-tulisan itu akan bisa mencapai tempat-tempat atau wilayah-wilayah yang tidak bisa kita jangkau. Sehingga ilmu pun tersebar luas.  

Dalam sebuah ma’had atau pondok pesantren, dakwah bisa tegak dengan adanya taawun dari berbagai pihak. Para ikhwan yang selalu berusaha untuk mengelola pembangunan demi pembangunan. Bahkan sebelum pondok itu ada, mereka sudah berupaya bagaimana caranya agar di tempat tersebut bisa didirikan ma’had Ahlussunnah.  

Demikian pula dengan para ustadz dan musyrif yang merupakan pusat ilmu di sebuah pondok. Kepada merekalah para ikhwan dan santri-santri belajar. Setiap pondok pasti memiliki mudir atau kepala pesantren. Mudir tersebut dibantu oleh wakilnya serta ustadz-ustadz lainnya dalam suatu pondok pesantren.  

Semuanya memberikan manfaat untuk agama ini. Ini merupakan jalan yang penuh dengan kemuliaan. Siapapun diantara manusia yang memberikan umurnya untuk menolong agama ini, berarti sudah dapat dipastikan bahwa hidupnya tidaklah sia-sia. Inilah cara untuk meraih kebahagiaan di dalam hidup.  

Semua pihak yang ikut andil dalam dakwah tersebut adalah orang-orang yang berupaya untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Masya Allah. Semoga Allah membalas kebaikan mereka.  

Lantas, bagaimana dengan kita. Apa yang telah kita berikan untuk dakwah yang agung ini?  

Terkhusus untuk penuntut ilmu. Sejauh manakah semangat kalian dalam mempelajari ilmu agama Allah?. Jangan hanya berpangku tangan, membaca kisah-kisah penuh perjuangan dan merasa kagum dengan itu semua. Tetapi, kapankah kalian bisa meniru itu semua. Sudah berapa banyak kisah sahabat atau para ulama yang kalian baca?.  

Mulailah dengan basmalah, bulatkanlah tekad dan gelorakanlah semangat. Niatkanlah tholabul Ilmi untuk membela agama Allah. Akhi fillah, ini merupakan jihad terbesar. Berdirilah di barisan terdepan!  

Allah Ta’ala berfirman,  

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْٓا اَنْصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيّٖنَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ فَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظٰهِرِيْنَ   

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana ‘Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.” (QS. Ash-Shaf:  14)  

Pahala Yang Terus Mengalir Menunggu Anda 

Seorang yang cerdas tentu ia akan berusaha semaksimal mungkin agar pahala amalannya terus mengalir sepanjang hidupnya. Bahkan, dia akan berharap agar pahalanya mengalir deras setelah kematiannya.  

Sungguh rugi siapa saja yang setelah kematiannya, pahalanya terhenti. Dan pahalanya mati bersamaan dengan kematiannya.  

Oleh karena itu, siapapun diantara kita yang menginginkan agar Allah memberikan pahala yang terus mengalir baginya sepanjang hidup dan setelah matinya maka hendaklah ia bersemangat untuk terus menyebarkan ilmu syar'i dan membantu dakwah ilallah.  

Rasulullah ﷺ   bersabda,  

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.  

“Jika anak keturunan Adam telah meninggal dunia,  maka terputuslah segala amalannya, kecuali tiga perkara:  Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim No. 1631). 

Infak yang disalurkan oleh seseorang untuk pembangunan masjid merupakan shodaqoh jariyah. Termasuk pula infak yang diberikan untuk fasilitas pondok pesantren, asrama dan hal lainnya yang bisa menunjang proses menuntut ilmu para santri. Ini semua merupakan bentuk shodaqoh jariyah.  

Pahalanya akan terus mengalir. Seandainya apa yang dia berikan untuk hal-hal tersebut tetap bertahan ratusan tahun kemudian atau lebih dari itu, niscaya pahalanya akan terus ia raih dan tidak akan terhenti kecuali dengan putusnya apa yang ia berikan.  

Dan jangan dikira bahwa infak atau sedekah itu harus dalam jumlah yang besar, seperti ratusan ribu atau jutaan. Bahkan, puluhan ribu atau yang kurang dari itu juga sudah terhitung sebagai amalan besar. Tidakkah kita pernah membaca hadits Nabi ﷺ 

مَنْ تَصَدَّقَ بعَدلِ تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ ، وَلاَ يَقْبَلُ اللهُ إِلاَّ الطَّيبَ ، فَإنَّ اللهَ يَقْبَلُهَا بِيَمِينِهِ ، ثُمَّ يُرَبِّيهَا لِصَاحِبِهَا كَمَا يُرَبِّي أحَدُكُمْ فَلُوَّهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الجَبَلِ  

"Siapa yang bersedekah senilai satu buah kurma dari penghasilan yang halal -dan Allah tidak akan menerima (sedekah) kecuali dari yang baik- tidak lain Allah akan menerima dengan tangan kanan-Nya kemudian memeliharanya untuk pemiliknya, sebagaimana salah seorang kalian memelihara anak kudanya, sampai sedekah itu menjadi sebesar gunung." (Muttafaqun ‘alaih) 

Semakin banyak harta diinfakkan, maka akan semakin besar pula keutamaan yang diraih. Tidaklah seseorang memberikan suatu bagian dari hartanya melainkan pasti suatu saat nanti ia akan menjumpai kembali harta itu dalam keadaan jumlahnya sudah banyak dan berkembang. Subhanallah. 

Termasuk pula ilmu yang bermanfaat. Siapa saja yang mengajarkan ilmunya kepada orang lain maka ia akan mendapatkan keutamaan khusus tersebut.  

Walaupun jasadnya sudah terkubur ribuan tahun lamanya. Selagi ilmu yang ia ajarkan masih ada di muka bumi, maka pahalanya akan terus berjalan. Semakin banyak orang yang mengambil manfaat dari ilmu itu, maka akan semakin besar pula pahalanya. 

Apalagi jika murid-murid yang telah ia ajarkan, nantinya juga akan mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Maka, pahalanya semakin berlipat. Hanya Allah yang tahu berapa kali lipatannya.  

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata : 

"Barangsiapa yang ingin amalannya tidak terputus setelah kematiannya, maka hendaklah dia menyebarkan ilmu dengan menulis dan mengajar." (At-Tadzkirah hal. 55)  

Maka berusahalah untuk terus menyebarkan berbagai faedah yang bermanfaat. Dan jangan mengira bahwa menyebarkan ilmu hanya bisa dilakukan oleh para ustadz. 

Bahkan semua orang bisa berdakwah dan memberikan faedah ilmiah. Hal itu dapat dilakukan dengan membagikan informasi tentang info kajian, menulis faedah lalu menempelkannya di tempat yang bisa dilihat oleh banyak orang dan masih banyak cara-cara lainnya yang bisa ditempuh untuk berdakwah dan menyebarkan ilmu.

Terkait dengan doa anak yang shalih terhadap kedua orang tua. Ingatlah bagaimana besarnya jasa-jasa mereka. Kedua orang tua telah berjuang keras untuk memberikan kebahagiaan kepada anaknya. Sementara mereka tidak menuntut balasan berupa harta dari anak-anak tersebut.  Justru yang mereka inginkan hanyalah doa anak yang shalih.

Tentunya yang demikian itu merupakan hal yang diinginkan oleh sebagian orang tua. 

Demikianlah amalan-amalan yang pahalanya terus mengalir setelah wafatnya seseorang. 

Pahala-pahala yang mengalir setelah kematian ini disebut dengan nyawa kedua. Meskipun nafas seseorang terhenti, tapi pahala terus ia peroleh. Seolah-olah ia masih hidup mengerjakan berbagai amal shalih. Padahal ia sudah tiada lagi.  Subhanallah.. 

Ini merupakan motivasi yang sangat besar bagi semua penuntut ilmu untuk bersemangat dalam proses tholabul ilminya. Dan berupaya mengajarkan ilmu yang telah dipelajari. Agar manfaatnya tersebar luas. Inilah nafas kedua seorang hamba setelah kematiannya.

Inilah cita-cita terbaik seorang hamba. Ia berharap agar setelah kematiannya nanti, pahalanya terus berjalan. Tidak terputus dengan putusnya dia dari kehidupan dunia ini. Bukankah umur manusia itu pendek?. Maka carilah pahala yang panjang. Barokallahu fiik..

Agama Allah Hanya Akan Tegak Dengan 2 Perkara 

Salah jika ada yang mengira bahwa agama yang Allah ridhai itu lebih dari satu. Diantara manusia ada yang menganggap bahwa agama yang diridhai oleh Allah adalah agama-agama yang mengaku mengikuti para nabi. 

Seperti Yahudi yang mengklaim mengikuti ajaran Nabi Musa alaihis salam. Mereka menjadikan taurat sebagai pedoman utama dalam beragama. Tentu yang dimaksud bukanlah Taurat yang sebenarnya. Melainkan yang sudah diubah-ubah ayat-ayatnya.  

Atau Nasrani yang mengaku mengikuti ajaran Nabi Isa 'alaihis salam. Mereka menjadikan Injil sebagai pedoman dalam beragama. Sama seperti Taurat,  Injil pun juga telah mengalami perubahan dari kitab yang sesungguhnya.  

Jika seseorang ingin melihat kembali kepada dalil-dalil syar'i, Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya ﷺ  niscaya ia akan dapati hal yang bertentangan dengan keyakinan yang seperti ini.  

Allah Ta'ala berfirman,  

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ 

Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS. Al-Bayyinah: 6) 

Bahkan dengan tegas, Rasulullah ﷺ   menyebutkan ancaman terhadap orang-orang kafir dari kalangan Yahudi dan Nasrani yang tidak mau beriman kepada Beliau, dalam keadaan hujjah telah sampai kepada mereka.  

Rasulullah ﷺ   bersabda,  

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ 

"Demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah seorang pun di kalangan umat ini, Yahudi atau Nasrani, mendengar tentang aku, kemudian dia mati dan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim no. 218) 

Tidak ada satu agama pun yang diridhai di sisi Allah, kecuali islam. Inilah agama para nabi terdahulu dan yang terakhir. Islam merupakan kemuliaan terbesar bagi siapa saja yang menginginkan jalan yang lurus.  

Allah Ta'ala berfirman,  

اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ 

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19) 

Sehingga, tidak sepantasnya bagi siapa saja dari kalangan kaum muslimin untuk memberikan loyalitas kepada selain muslim. Toleransi yang benar adalah dengan seorang muslim tidak mengganggu umat agama lain sedikitpun dan tidak pula mendzalimi mereka. Namun, ia tidak pula mengikuti hal-hal yang bersangkutan dengan agama mereka. 

Tidak kemudian ia ikut merayakan hari besar agama mereka atau mengucapkan kata-kata selamat atas hari tersebut. Bukan. Ini bukanlah toleransi yang dibenarkan syariat.  

Islam telah datang membawa banyak kemuliaan, keindahan dan kebaikan. Tidak sedikit diantara kita yang mengetahui betapa indahnya agama ini.  

Jika seseorang melihat kepada perjalanan hidup generasi pertama umat ini, niscaya ia akan semakin menyadari betapa agungnya islam. Islam datang dengan membawa cahaya yang terang benderang dan menghilangkan kebodohan yang gelap gulita.  

Para sahabat merupakan generasi emas yang paling baik keislamannya. Bagaimana tidak, keseharian mereka tidak terlepas dari bimbingan Baginda Nabi ﷺ   secara langsung. Betapa banyaknya dalil-dalil yang datang dengan sebab perbuatan mereka.  

Dan Subhanallah. Perjuangan mereka untuk menolong agama Allah sangatlah besar. Bukan hanya harta benda, bahkan nyawa sekalipun akan mereka berikan untuk agama yang mulia ini. Bersama dengan Rasulullah ﷺ ,mereka berjihad fi sabilillah.

Diantara mereka ada pula yang mengemban tugas yang mulia dari Nabi ﷺ   secara khusus. Ada sahabat yang diutus oleh Nabi ﷺ   untuk berdakwah.  

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah telah menyebutkan bahwa agama itu hanya akan tegak dengan dua perkara.  

Beliau rahimahullah berkata,  

“Agama Allah hanya akan tegak dengan dua perkara, yaitu:  

1. Ilmu dan hujjah 

2. Peperangan dan senjata 

Sehingga kedua hal ini harus ada. Tidak mungkin agama Allah akan tegak kecuali dengan keduanya.  

Ilmu dan hujjah itu lebih didahulukan daripada mengangkat senjata. Oleh karena itu, dahulu Nabi ﷺ   tidak langsung memerangi suatu kaum kecuali dakwah telah sampai kepada mereka. Sehingga menyampaikan ilmu itu lebih didahulukan daripada mengangkat senjata." (Kitabul 'Ilmi) 

Bahkan para ulama menyebutkan bahwa berjihad dengan ilmu -yakni dengan berdakwah- lebih utama dibandingkan berjihad dengan pedang, tombak dan panah.  

Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata, 

وتبليغ سنته إلى الأمة أفضل من تبليغ السهام إلى نحور العدو. 

"Menyampaikan sunnah beliau ﷺ  kepada umat lebih utama daripada menyampaikan anak panah ke leher-leher musuh." (Badai'ut Tafsir,  jilid 2 hlm. 416) 

Jika seseorang tidak punya bekal ilmu, bagaimana mungkin ia akan berdakwah di tengah-tengah manusia?. Sehingga, kita dituntut untuk terus berusaha belajar ilmu agama. 

Allah Ta’ala berfirman,  

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْٓ اَدْعُوْٓا اِلَى اللّٰهِ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَا۠ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”.” (QS. Yusuf: 108) 

Agar Semangat Menolong Agama Allah

Akhi fillah, barakallahu fiik.. 

Rasulullah ﷺ   telah wafat beberapa abad silam, namun agama beliau masih ada dan terus tersebar hingga ke era kita sekarang ini. Agama Islam di masa-masa ini bukanlah sesuatu yang asing lagi. 

Walaupun kata 'islam' bukanlah sesuatu yang asing saat ini. Namun, ajaran Islam  sesungguhnya yang sesuai dengan Sunnah beliau ﷺ   adalah sesuatu yang asing. 

Seharusnya ini bukanlah perkara yang mengherankan bagi kita. Bukankah Nabi ﷺ   telah mengabarkan tentang hal ini beberapa abad sebelumnya, 

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntunglah orang-orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).

Subhanallah. Bukankah hadist ini menjadi pelecut semangat kita?. Jangan sampai ada diantara kita yang terbawa dengan arus perubahan zaman. 

Zaman bisa saja berubah-ubah seiring dengan berjalannya waktu. Tapi, bukankah agama Allah itu tetaplah satu?.  Jangan sampai kita ikut tergiring ke dalam lingkup modernisasi dengan meninggalkan identitas kita sebagai kaum muslimin. 

Seharusnya hal yang harus dilakukan saat ini ialah berusaha untuk semakin giat dalam taawun dalam dakwah. Berikanlah apa yang kita punya untuk dakwah yang mulia ini. 

Tidakkah kita mendengar firman Allah Ta'ala, 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ (١٠) تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ (١١)

Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui (QS. Ash-Shaf: 10-11)

Masya Allah. Ayat ini mengingatkan kita tentang perjuangan para sahabat radhiallahu anhum dalam menegakkan agama Allah. 

Abu Bakr Ash-Shiddiq datang menemui Nabi ﷺ dengan membawa semua harta beliau. Dengan penuh keikhlasan beliau berikan hartanya. Tanpa ada rasa berat sedikitpun.

Adapun Umar bin Al-Khattab membawa harta beliau separuhnya hanya untuk menolong agama Allah. Semua harta yang dimiliki, beliau bagi dua. Separuhnya diberikan untuk dakwah. Masya Allah. 

Bagaimana dengan kita? Berapa banyak harta yang telah kita berikan untuk dakwah yang mulia ini?. Kehidupan yang mapan, tempat tinggal yang nyaman dan kenikmatan hidup, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban. 

Demikian pula yang kita ketahui dari perjalanan hidup para sahabat. Tidak terlepas dari upaya untuk menegakkan agama Allah sepanjang hidup mereka. Bagaimana giatnya mereka dalam berdakwah. 

Tidak peduli dengan berapa banyaknya waktu dan umur yang dihabiskan. Asalkan semuanya bernilai di sisi Allah. Demikianlah prinsip hidup mereka. 

Jangan pernah menyatakan, "menolong agama Allah itukan tugasnya para ustadz dan orang-orang yang berharta saja. Para ustadz berdakwah dengan ilmu yang mereka punya. Orang-orang kaya akan berinfak untuk dakwah ini". Ini sangat keliru dan tidak benar. 

Tahukah anda siapa saja orang yang diharuskan untuk menolong agama Allah?. Jika belum, coba perhatikanlah ucapan Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam bait syair berikut, 

هذا ونصر الدين فرض لازم ... لا للكفاية بل على الأعيان

بيد وإما باللسان فإن عجز ... ت فبالتوجه والدعا بحنان

Demikianlah, menolong agama Allah merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Bukan hanya bagi orang tertentu saja. Bahkan keharusan bagi semua orang. Dengan tangan atau lisan. jika tidak mampu maka dengan menghadap (Allah) dan berdo'a dengan lembut. (Nuniyyatu Ibnil Qoyyim 365)

Oleh karena itu, jangan sampai ada diantara kita yang bersikap tidak peduli atau menggantungkan harapan kepada orang lain saja. Jika anda bisa untuk berada di barisan terdepan dalam membela agama Allah maka lakukanlah. 

Bukankah seorang mukmin itu akan menghabiskan umurnya hanya untuk ketaatan kepada Allah. Dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan apa yang dia punya untuk Allah.

Allah Ta’ala berfirman,  

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam (QS. Al-an'am: 162)

Berjihad di jalan Allah 

Apa yang terlintas dalam benak anda ketika pertama kali mendengar kata ‘jihad'?. Peperangan yang berkecamuk, suara kuda, teriakan “Allahu Akbar” atau berbagai tembakan anak panah?.  

Akhi fillah, barokallahu fiik..  

Makna ‘jihad' tidaklah sesempit itu. Walaupun itu memang merupakan bentuk jihad fi sabilillah. Bahkan, itu merupakan bukti terbesar kecintaan hamba kepada Rabbnya. Ketika ia berjuang dengan semua yang ia punya untuk menolong agama Allah.  

Harta diberikan dengan penuh ketulusan dan nyawa dipersembahkan untuk Allah dengan penuh perjuangan. Ini merupakan jihad seorang hamba. Luar biasa.  

Bahkan mati syahid itu merupakan dambaan para sahabat. Bagaimana tidak. Sungguh mulia kehidupan seseorang yang ditutup dengan kematian karena mengharapkan ridha Allah semata. Subhanallah.  

Apakah anda mengenal sahabat yang mulia, Khalid bin al-Walid?. Tentu anda pasti mengenalnya. Beliau merupakan panglima perang yang gagah berani tanpa ada rasa takut sedikitpun menghadapi musuh-musuh Allah. Beliau dijuluki sebagai pedang Allah. Allahu Akbar..  

Beliau radhiyallahu ’anhu pernah menulis sepucuk surat untuk pembesar Persia yang bertuliskan 

إن معي جندا يحبون القتل كما تحب فارس الخمر. 

“Sesungguhnya aku mempunyai pasukan yang menyukai kematian (mati syahid) sebagaimana orang-orang Persia menyukai minuman keras.” (Siyar A’lamin Nubala 1/374) 

Subhanallah. Mental sekuat baja dan tekad sebulat matahari telah melekat pada para sahabat. Tidak peduli banyaknya rintangan yang akan dihadapi dan musuh sekuat apapun. Asalkan jannah dapat diraih. Mati syahid merupakan dambaan mereka. Wafat di medan pertempuran melawan musuh-musuh Allah 

Apakah anda sudah mengetahui keutamaan mati syahid?. Jangan sampai hanya terkagum-kagum saja dengan hal di atas, namun anda belum mengetahui keutamaanya.  

Allah Ta’ala berfirman,  

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا  بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ (١٦٩) فَرِحِيْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۙ وَيَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِّنْ خَلْفِهِمْ  اَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۘ (١٧٠)  

Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki, mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (QS. Ali Imran: 169-170) 

Rasulullah ﷺ  bersabda,  

ألا أُخْبِرُكُمْ بِرِجَالِكُمْ مِن أهلِ الجنةِ؟ النَّبِي فِي الجَنَّةِ ، وَالصِّدِّيقُ فِي الجَنَّةِ، وَالشَّهِيدُ فِي الجَنَّةِ ، وَالمَوْلُودُ فِي الجَنَّةِ ، وَالرَّجُلُ يَزُورُ أَخَاهُ فِي نَاحِيَةِ المِصْرِ – لَاْ يَزُورُهُ إِلَّا لِلَّهِ – فِي الجَنَّةِ  

"Maukah kalian aku beritahu tentang para lelaki di antara kalian yang menjadi penghuni surga? 

Nabi di surga, orang yang jujur di surga, orang yang mati syahid di surga, anak yang meninggal saat dilahirkan di surga dan seseorang yang mengunjungi saudaranya di ujung kota karena Allah Azza wa Jalla semata di surga." (HR. an-Nasai. Lihat As-Silsilah ash-Shahihah 287) 

Allahu Akbar!. Betapa besarnya keutamaan mati syahid. Sehingga sangat wajar jika para sahabat mengharapkannya. Dan siapapun dari mukmin yang sejati tentu akan mengharapkan hal yang demikian juga.  

Di masa sekarang ini, tidak ada jihad yang syar’i. Walhamdulillah, kondisi negara ini nyaman. Masya Allah.  

Adapun jihad yang diada-adakan oleh mereka yang mengatasnamakan islam -padahal islam berlepas diri dari itu- adalah jihad yang tidak sesuai dengan sunnah Rasul ﷺ dan menyelisihi aturan syariat. Perbuatan teror itu tidak sejalan dengan keindahan agama Islam. Na’udzubillah.

Namun, ada hal penting yang perlu diingat dalam masalah ini. Siapapun diantara kita yang sangat mengarapkan mati syahid, maka hendaklah ia betul-betul berharap agar Allah menjadikan ia mati syahid. Mudah-mudahan Allah akan mengangkat derajatnya setinggi derajat orang-orang yang gugur di medan jihad. Subhanallah. 

Rasulullah ﷺ   bersabda,  

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ وَلَمْ يَذْكُرْ أَبُو الطَّاهِرِ فِي حَدِيثِهِ بِصِدْقٍ 

“Barangsiapa mengharapkan mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan mengangkatnya sampai ke derajat para syuhada' meski ia meninggal dunia di atas tempat tidur” (HR. Muslim no. 3532)  

Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya bahwa agama Allah akan tegak dengan ilmu dan hujjah serta dengan mengangkat senjata. Adapun yang lebih utama dari keduanya adalah menolong agama Allah dengan ilmu dan hujjah.  

Tentunya dalam dakwah ilallah, diperlukan bekal ilmu bagi seseorang. Jika tidak, bagaimana mungkin ia bisa berdakwah dengan benar. Oleh karena itu, berilmu dan beramal lebih didahulukan daripada berdakwah. 

Dalam membahas jihad, lingkupnya tidaklah sempit. Tidak terbatas pada peperangan di suatu medan melawan musuh-musuh Allah dengan pedang dan tombak. Bahkan, lebih dari itu.  

Setiap orang yang berusaha untuk memahami agama ini dengan benar, berarti ia sedang berjihad di jalan Allah. Sehingga, semua santri yang berupaya untuk mendalami ilmu syar’i adalah mujahidin fi sabilillah. Mereka sedang bertempur melawan kebodohan dan kejahilan serta musuh terbesar manusia, iblis dan bala tentaranya.  

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Ilmu agama termasuk amalan kebaikan yang paling utama dan ibadah yang paling utama dan mulia, ibadah sunnah karena mempelajari ilmu adalah salah satu jenis jihad di jalan Allah." (Kitabul Ilmi 13). 

Sahabat Abud Darda’ radhiyallahu anhu berkata: 

“Siapa yang menganggap pergi di waktu pagi dan petang untuk menuntut ilmu agama bukan termasuk jihad, maka dia telah berkurang akal dan pikirannya.” (Jami’ Bayanil ‘Ilmi, hlm. 159)  

Setelah seseorang menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren, bukan berarti dengan itu akan terputus pula tholabul ilminya. Karena menuntut ilmu itu harus terus dilakukan dari ayunan hingga liang lahat. Betapa mulianya seorang berilmu yang mendakwahkan ilmunya kepada manusia.  

Maka jangan sampai bingung, setelah mondok ingin jadi apa. Jawabannya cukuplah sederhana dan mudah saja. Perhatikanlah hal ini baik-baik. Jangan ragu dan bimbang.  

“Setelah mondok, jadilah orang yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Berikanlah apapun yang engkau punya untuk agama ini. Ajarkanlah ilmu yang telah dipelajari.” 

Sehingga, gunakanlah sisa umur yang kita punya untuk berkorban untuk agama Allah. Dan Allah adalah sebaik-baik pemberi balasan.  

Terus menolong agama Allah hingga datang saat dimana pemutus kelezatan menghampiri, yaitu kematian. 

Akhir Kata

Akhi fillah, barokallahu fiik... 

Allah Ta’ala berfirman, 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7) 

Pejuang sejati akan terus mengupayakan agar ia bisa mencapai garis finish. Dalam hidup ini, manusia telah diberikan dua pilihan. Apakah ingin menjadi pemenang sejati atau justru menjadi orang yang gagal?. 

Seorang pemenang tidak akan berhenti untuk terus berlari mengejar cita-cita dan impian. Tetapi orang yang gagal akan mencari seribu satu alasan untuk menutupi rasa malasnya. 

Sedang di posisi manakah anda?. Sedang berusaha untuk berjuang menjadi pemenang terbaik atau menyerah dan menjadi orang yang gagal. Bukankah engkau punya cita-cita setinggi langit?. Maka wujudkanlah dari sekarang.. 

Wabillahit taufik.. 

الحمد لله رب العالمين

https://t.me/markaz_jamiul_ulum_walhikam

KOMENTAR

BLOGGER
Nama

Adab-Akhlak,233,Akhirat,22,Akhwat,107,Anak Muda dan Salaf,230,Anti Teroris,2,Aqidah,276,Arab Saudi,12,Asma wa Shifat,2,Audio,44,Audio Singkat,8,Bantahan,103,Bid'ah,59,Biografi,86,Cerita,64,Cinta,10,Dakwah,45,Doa Dzikir,66,Ebook,15,Fadhilah,71,Faedah Ringkas,17,Fatwa Ringkas,4,Fiqih,341,Ghaib,16,Hadits,168,Haji-Umroh,15,Hari Jumat,31,Hari Raya,5,Ibadah,43,Info,80,Inspiratif,39,IT,10,Janaiz,7,Kata Mutiara,128,Keluarga,234,Khawarij,21,Khutbah,4,Kisah,283,Kitab,6,Kontemporer,152,Manhaj,175,Muamalah,46,Nabi,19,Nasehat,625,Poster,7,Puasa,53,Qurban,18,Ramadhan,51,Rekaman,2,Remaja,153,Renungan,94,Ringkasan,100,Sahabat,69,Sehat,26,Sejarah,52,Serial,3,Shalat,155,Syiah,25,Syirik,14,Tafsir,47,Tanya Jawab,590,Tauhid,52,Tazkiyatun Nafs,107,Teman,20,Thaharah,21,Thalabul Ilmi,143,Tweet Ulama,6,Ulama,85,Ustadz Menjawab,9,Video,20,Zakat,12,
ltr
item
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy: Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?
Sudahkah Engkau Berkorban Untuk Agamamu?
Sudahkah engkau berkorban untuk Islam? Kita butuh dakwah, bukan dakwah butuh kita.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDEA8cl4MBEYKkVuVq6vAJ3hKu9DVvEF8CmHWIi2-84BpFpLz0ELsNb4HxLqRExKs3XJpzwXsclZc8TSDeQ46sTKKtfe3xqI5VIo6mQHUaP7fuE_LBr5O0fUNpo5LIrQ-_mFbAnq0KNYRvohhg86rRkvbsrcvIRqPUhRtLzEAqAo_NnB9f7XHO5jICeGDv/s16000/sudahkah%20engkaukah%20berkorban%20untuk%20agama.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDEA8cl4MBEYKkVuVq6vAJ3hKu9DVvEF8CmHWIi2-84BpFpLz0ELsNb4HxLqRExKs3XJpzwXsclZc8TSDeQ46sTKKtfe3xqI5VIo6mQHUaP7fuE_LBr5O0fUNpo5LIrQ-_mFbAnq0KNYRvohhg86rRkvbsrcvIRqPUhRtLzEAqAo_NnB9f7XHO5jICeGDv/s72-c/sudahkah%20engkaukah%20berkorban%20untuk%20agama.png
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
https://www.atsar.id/2024/02/sudahkah-engkau-berkorban-untuk-agamamu.html
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/2024/02/sudahkah-engkau-berkorban-untuk-agamamu.html
true
5378972177409243253
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA POST Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Beranda HALAMAN POSTS Lihat Semua BACA LAGI YUK LABEL ARSIP SEARCH ALL POSTS Al afwu, artikel tidak ditemukan Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan yang lalu Pengikut Ikut THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy