Tiga Kelompok Masalah Gen Z

SHARE:

Nasihat untuk Syabab Gen Z dalam Dakwah Sunnah Salafy.

TIGA KELOMPOK (Masalah) GEN Z

Tiga Kelompok Masalah Gen Z

Pesatnya dakwah di negeri ini sungguh adalah sesuatu yang menggembirakan dan patut disyukuri. Ilmu tersebar ke berbagai lapisan masyarakat serta di berbagai penjuru negeri. Begitu banyaknya anak-anak tumbuh dewasa di bawah tarbiyah pendidikan bermanhaj salaf, baik di pesantren atau melalui jalur pendidikan lainnya.

Namun di zaman yang begitu mudahnya akses internet serta jaringan pertemanan melalui medsos ini, muncul sekelompok remaja penuntut ilmu yang tumbuh dewasa di lingkungan tarbiyah salafiyah.

Para syabab yang kemudian disebut "Gen Z" ini muncul di medan dakwah dengan "warna baru" dalam sepak terjangnya yang menjadi masalah baru bagi dakwah salafiyah akhir-akhir ini.

Semoga Allah memberi kita dan mereka semua hidayah kepada jalan yang lurus.

Berdasarkan bukti-bukti di lapangan juga dari sepak terjang mereka di medsos, maka problematika para remaja Gen Z ini bisa diklasifikasikan menjadi tiga kelompok kasus, yaitu:

1️⃣ KELOMPOK PERTAMA

Pembenci ma’had, anti pesantren, bahkan sampai terucap dari sebagiannya:

> "Kalau mau anaknya rusak silakan masukkan ke pesantren."

Sampai sebegitunya...

Entah kejadian apa yang dialami hingga menimbulkan trauma berkepanjangan bahkan dendam begitu mendalam di hati.

Pesantren yang dibenci ini bukan pesantren yang dibangun di atas tarbiyah thariqah sufiyah yang kental dengan adat feodalisme dengan segenap sikap ghuluw terhadap kiai serta berbagai penyimpangan di dalamnya, bukan pula pesantren yang mengkader santri-santrinya untuk dijadikan para teroris.

Tetapi pesantren yang dibenci itu (dengan segenap kekurangan serta keterbatasannya) adalah pesantren di atas manhaj salaf yang secara umum telah diketahui dan disetujui oleh para ulama bahwa pesantren adalah salah satu metode dakwah, pendidikan, dan tarbiyah di negeri kita ini.

Tidakkah kita merasa puas dan ridha terhadap sesuatu yang diridhai oleh mereka para ulama?

Bukankah kebencian itu berarti hanya gejolak hawa nafsu yang dibangkitkan oleh syaithan melalui dendam (trauma) pribadi?

Maka jangan jadikan emosi pribadi sebagai “manhaj dakwah” untuk menghalangi para pemuda melakukan ketaatan kepada Allah, dari menunaikan kewajiban salah satu ibadah yang mulia yaitu menuntut ilmu syar’i.

Tidakkah mereka ini takut sebagai orang-orang yang tersebut dalam firman Allah:

﴿وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ﴾

(QS. Az-Zukhruf: 37)

“Sungguh mereka itu benar-benar gigih menghalangi manusia dari jalan Al-Haq dan merasa sebagai orang-orang di atas hidayah.”

Bukankah Allah mengingatkan kita dengan salah satu ayat-Nya:

﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ﴾

(QS. Al-Anfal: 47)

“Janganlah kalian seperti orang-orang yang keluar dari rumah/kampungnya dengan angkuh dan riya’ (pamer) kepada manusia serta bertindak menghalangi manusia dari jalan Allah. Sedangkan Allah meliputi (Maha Mengetahui) segala apa yang mereka kerjakan.”

2️⃣ KELOMPOK KEDUA

Lulusan ma’had, para syabab yang berprestasi dan berakhlak baik, “bermuamalah” tetap baik terhadap asatidzah serta anak-anak ma’had. Tidak memandang negatif terhadap pesantren salafiyah di bawah bimbingan asatidzah.

Tapi anak-anak itu – hadahumullah – tidak lagi peduli dengan pesantren, atau ilmu & dakwah. Bila diminta untuk membantu mengajar, tidak merespon. Tidak mau mengajarkan ilmu yang dimiliki, tidak mau berinfak dengan rezeki ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada mereka.

Para syabab ini lebih memilih sibuk mengejar dunia dengan berbagai target pribadi/duniawi masing-masing, seolah ilmu hanyalah kliping pengetahuan yang dipajang pada otak semata. Lulus pesantren berarti selesai pula tugas membuat kliping.

Mereka lalai tentang ucapan para ulama bahwa ilmu ada zakatnya.

Mereka lupa bahwa jalan keselamatan adalah paket utuh tak terpisahkan satu dengan lainnya, yaitu: ilmu, amal, dakwah, dan sabar (sabar dalam menjalani semua perkara tersebut).

Mereka adalah orang-orang yang cerdas dalam menghafal Al-Qur’an, hadits serta matan-matan ilmiyah, tapi sayang belum diberi taufik (kesadaran) dalam mengamalkan apa yang pernah mereka hafal dari ucapan Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah tentang wajibnya empat perkara, yang salah satunya adalah berdakwah.

Semoga suatu saat nanti hati mereka tersentuh kembali dengan makna yang terkandung dalam Surah Al-‘Ashr:

وَالْعَصْرِۙ﴾ (١) ﴿اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ﴾ (٢)

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾ (٣)

1. Demi masa.

2. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.

3. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati agar selalu di atas kebenaran dan kesabaran.

(QS. Al-‘Ashr: 1–3)

Mari renungkan kembali ucapan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah, yang artinya:

> “Jika Allah tidak turunkan Al-Qur’an kecuali hanya surat ini, niscaya itu telah cukup.”

Cukup sebagai bukti bahwa Allah telah memberi peringatan kepada hamba-Nya.

Maksudnya, cukup bagi Allah dengan turunnya surat Al-‘Ashr untuk menghukum manusia di akhirat kelak bila kita sebagai hamba-Nya tidak memenuhi apa-apa yang terkandung di dalam ayat tersebut.

Ayat itu bukan hanya ancaman bagi orang kafir yang tidak mau beriman, tapi juga berita buruk akan celaka, merugi di dunia dan di akhirat bagi siapa yang tidak beramal serta ancaman bagi siapa yang lari dari tanggung jawab berjihad menebar ilmu atau tidak mau mendakwahkan ilmu yang Allah anugerahkan.

3️⃣ KELOMPOK KETIGA

Syabab yang “keminter” (kata orang Jawa), suka tampil, pamer ilmu, bermasalah dalam manhajnya.

Mereka membela hizbiyun seperti aktivis TV Rodja dan para asatidzahnya. Menebar syubhat di tengah Salafiyyin (entah sadar atau tidak), baik melalui status di medsos: Facebook, IG, dan sebagainya.

Tidak jarang mereka mementahkan tahdzir ulama serta asatidzah terhadap Rodja dan yang semacamnya dengan alasan tidak mau “kaku” dalam dakwah. Mereka belum mengkaji ilmu terkait masalah ini secara mendalam tapi sudah berani komen, bersikap beda karena merasa lebih bijak — tanpa sadar merasa lebih tahu (sok tahu) dalam perkara manhaj ini dibanding para asatidzah kibar yang pernah duduk di hadapan ulama besar mengkaji berbagai problematika dakwah di negeri ini.

Tidak salah jika kelompok ini disebut:

 "لا يَعرفون قَدرَ أنفسِهم"

 “Tidak tahu kadar diri.”

Besar kepala entah karena merasa punya banyak simpatisan atau banyak santri(wati) di medsos. Komentar-komentar mereka bikin gaduh (fitnah) di tengah Salafiyyin.

Mereka anak-anak yang baru terbangun dari tidur panjang. Tiba-tiba mereka dapati kondisi dakwah tak seindah yang ada dalam mimpi-mimpi (baca: syubhatnya).

Anak-anak baru mulai menapak dunia dakwah, yang banyak dari mereka tertinggal seperempat abad dari perjalanan dakwah ini.

Tiba-tiba muncul dengan ucapan-ucapan anak muda yang “sok tahu”, merasa lebih bisa dan lebih mampu memberi solusi dalam mengatasi problematika dakwah ini.

Para ABG di medan dakwah yang nekat “bergerak membawa gerbong sendiri,” punya kebijakan manhaj yang dikemas dengan tampilan beda, sok bijaksana (kepada hizbiyun) namun tidak bijak kepada salafiyyun — itu semua atas nama dakwah salafiyah.

Toleransi, sikap bijak, atau hikmah dengan “tafsir miring” semaunya sendiri terhadap kelompok hizbiyah — itu diketahui dari tulisan dan lisan mereka, dari postingan-postingan mereka.

Itulah dampak buruk “pergaulan bebas” di medsos tanpa bimbingan, tanpa seleksi yang ketat (karena dianggap kaku), malah cenderung asal-asalan — itu yang mereka sebut luwes? Demi meraih suara atau simpati netizen sebanyak mungkin.

Maka muncullah para syabab pemain baru yang buta terhadap sejarah dakwah salafiyah. Fokusnya lebih besar untuk menjaring follower, manhaj pun diabaikan dan dikorbankan. Hizbiyun, Halabiyun dibela-bela, tahdzir ulama dipandang sebelah mata.

Apakah mereka menyangka kalau sudah lulus pesantren, bisa baca kitab gundul, pandai berselancar di dunia maya, jago membuat konten kreatif, itu berarti telah mumpuni, ‘alim dalam dakwah dan tarbiyah serta bebas berdiri sendiri?!

Para asatidzah hafizahumullah dengan begitu banyaknya kesibukan merasa perlu mendatangi mereka di beberapa tempat terpisah, duduk menemui mereka, sebagian asatidzah harus terbang ke seberang pulau — maaf-maaf, bukan karena kurang kerjaan, tapi karena besarnya fitnah yang ditimbulkan oleh mereka (yaitu kelompok pertama dan ketiga).

Fitnah yang tanpa disadari menggerogoti agama mereka sendiri serta rentan merusak orang lain, terutama para pemuda dan pemudi (bahkan juga ummahat) yang ingin kembali kepada manhaj salaf yang mulia ini.

Asatidzah ketika bersuara menegur perilaku mereka, gen Z jenis ini, bukan karena merasa ditinggal orang, (padahal kenyataan membuktikan umat berbondong-bondong menghadiri kajian mereka), tapi karena perbuatan mereka yang merusak dakwah ini sementara mereka mengaku di atas manhaj salaf, merasa di atas kebenaran.

Maka sadarlah wahai syabab. Ikuti jalan orang-orang yang telah dibimbing oleh para ulama kibar, ikuti jalan orang-orang tua kita yang telah teruji tetap istiqamah melewati berbagai fitnah yang pernah melanda negeri ini.

Tidak sedikit dari kita mengenal Al-Haq dari ayah/ibu kita yang mereka itu dengan hidayah dari Allah mengenal salaf melalui para asatidzah tersebut, sehingga kitapun terlahir dan dewasa meyakini kebenaran manhaj ini. Semua itu sekali lagi karena hidayah dari Allah kemudian sebab perjuangan para asatidzah yang sejak puluhan tahun berdakwah — sebelum lahirnya para syabab generasi Gen Z ini. Barakallahu fikum.

Kita semua membaca sabda Nabi ﷺ:

البركة مع أكابركم

“Keberkahan ada bersama para orang tua di antara kalian.”

Tua dalam lamanya menuntut ilmu, tua dalam pengalaman hidup, dan dalam mengarungi fitnah-fitnah dalam perjalanan dakwah.

Mereka orang-orang yang diberi taufik untuk tetap istiqamah di atas Al-Haq, beramal serta berdakwah di berbagai penjuru serta ke pelosok-pelosok negeri ini.

ولا نزكي على الله أحدا

Ambil pelajaran serta keteladanan dari mereka hafizahumullah, tentu tanpa ashabiyah, tanpa taqlid, karena mereka manusia biasa pasti ada salahnya. Sedangkan rujukan utama kita adalah Al-Qur’an, As-Sunnah serta pemahaman salafus shalih.

Tidak taqlid bukan berarti berjalan sendiri meninggalkan kebersamaan dengan mereka, menempuh cara dakwah baru dan manhaj baru yang dikemas atas nama salafiyah.

Al-Imam Ubaidillah bin Al-Hasan Al-Anbary (w. 168 H) – seorang tokoh ulama dan ahli hadits terkemuka, Hakim/Qadhi negeri Bashrah pada zamannya – mengatakan:

«لأن أكون ذنبًا في الحق، أحب إلي من أن أكون رأسًا في الباطل»

“Aku sebagai ekor (mengikuti) orang lain di atas Al-Haq, lebih aku sukai dibanding sebagai pemimpin tapi di atas kebatilan.”

(Lihat: Tahdzibut Tahdzib karya Al-Hafidz Ibnu Hajar, jilid 7, hlm. 7)

Wallahul Musta’an

الله يهدينا وإياهم إلى سبيل الرشاد

Penulis: Al-Ustadz Abdul Hadi Lahdji hafizhahullah 

KOMENTAR

BLOGGER
Nama

Adab-Akhlak,234,Akhirat,22,Akhwat,108,Anak Muda dan Salaf,238,Anti Teroris,2,Aqidah,280,Arab Saudi,12,Asma wa Shifat,2,Audio,44,Audio Singkat,8,Bantahan,104,Bid'ah,59,Biografi,86,Cerita,64,Cinta,10,Dakwah,47,Doa Dzikir,67,Ebook,15,Fadhilah,71,Faedah Ringkas,17,Fatwa Ringkas,4,Fiqih,345,Ghaib,17,Hadits,170,Haji-Umroh,16,Hari Jumat,31,Hari Raya,6,Ibadah,43,Info,81,Inspiratif,39,IT,10,Janaiz,7,Kata Mutiara,129,Keluarga,238,Khawarij,21,Khutbah,4,Kisah,294,Kitab,6,Kontemporer,157,Manhaj,180,Muamalah,46,Nabi,20,Nasehat,636,Poster,7,Puasa,53,Qurban,18,Ramadhan,51,Rekaman,2,Remaja,156,Renungan,95,Ringkasan,100,Sahabat,69,Sehat,25,Sejarah,54,Serial,3,Shalat,157,Syiah,27,Syirik,15,Tafsir,49,Tanya Jawab,597,Tauhid,54,Tazkiyatun Nafs,108,Teman,20,Thaharah,21,Thalabul Ilmi,150,Tweet Ulama,6,Ulama,89,Ustadz Menjawab,9,Video,20,Zakat,12,
ltr
item
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy: Tiga Kelompok Masalah Gen Z
Tiga Kelompok Masalah Gen Z
Nasihat untuk Syabab Gen Z dalam Dakwah Sunnah Salafy.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP2uJuP65n57ud-E2a3i3YtQCORrY69Yr2kRwXA6HatiEwMTw4OvscMt-zAXW9KC1BE5qkUV15rVQAvbwfyQdJ_yEBXf21dsOBTyST8qTNcrhXKpz6Jo2X6-nw0T23fiT5U_dAyxzaIAFPKbpS_tDOFcSTMunRz7C25M1Z-B2hfNVrU2jvuJThRScmAdpy/s16000/3%20kelompok%20masalah%20gen%20z.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjP2uJuP65n57ud-E2a3i3YtQCORrY69Yr2kRwXA6HatiEwMTw4OvscMt-zAXW9KC1BE5qkUV15rVQAvbwfyQdJ_yEBXf21dsOBTyST8qTNcrhXKpz6Jo2X6-nw0T23fiT5U_dAyxzaIAFPKbpS_tDOFcSTMunRz7C25M1Z-B2hfNVrU2jvuJThRScmAdpy/s72-c/3%20kelompok%20masalah%20gen%20z.png
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
https://www.atsar.id/2025/11/tiga-kelompok-masalah-gen-z.html
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/2025/11/tiga-kelompok-masalah-gen-z.html
true
5378972177409243253
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA POST Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Beranda HALAMAN POSTS Lihat Semua BACA LAGI YUK LABEL ARSIP SEARCH ALL POSTS Al afwu, artikel tidak ditemukan Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan yang lalu Pengikut Ikut THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy