Catatan Anak Muda dan Salaf Edisi 001, Ustadz Abu Nasim Mukhtar.
Catatan Anak Muda dan Salaf Edisi 001
#001 : Ke Mekkah Mengukur Syukur
Bahkan ada yang sebelumnya tidak berani membayangkan jika ia benar-benar akan tiba di Mekkah. Kenapa demikian? Sebab, di benaknya untuk ke Mekkah itu hanya bisa dilakukan oleh yang benar-benar kaya. Pada pikirnya, jika tidak berlebih harta, seperti mustahil dapat tiba di Mekkah. Maka, membayangkan pun ia tidak berani.
Saat mendengar seorang kerabat berpamitan karena hendak ke Mekkah, apa yang ia bayangkan? Berandai-andai saja jikalau ia pun di saat yang lain berganti pamitan. Ketika menyaksikan rombongan pengantar jamaah umrah melintas di jalan raya, apakah yang melintas di benaknya sama dengan yang melintas di hadapannya? Ketika mulai berpikir kapankah dirinya diantarkan,langsung ia tepis sambil merasa pesimis.
Saudaraku, sudah banyak orang saya temui di Tanah Suci. Banyak pula cerita unik dan kisah inspiratif mereka yang menarik untuk ditelisik. Rupanya, tidak sedikit yang tiba di Tanah Suci untuk beribadah justru orang-orang yang disebut kaya tidak bisa. Dikatakan berlebih harta pun tidak. Mereka adalah orang-orang yang Allah pilih untuk merasakan betapa lezat dan indahnya duduk bersimpuh di hadapan rumah-Nya, yakni Baitullah.
Orang-orang sederhana dalam berpenampilan. Orang-orang yang terlihat telah banyak merasakan pahit getir kehidupan. Wajah-wajah yang menyiratkan perjuangan berat untuk bisa berangkat ke Mekkah. Tatapan yang menceritakan tentang penantian lama. Sorot mata yang memberitakan mengenai panjangnya waktu mereka menunggu. Mereka adalah saudara-saudara kita yang sekeinginan, yaitu berumrah ke Mekkah.
Bagaimana dengan yang dilapangkan rezekinya? Ingatlah bahwa Allah menitipkan harta kepada kita untuk dimanfaatkan sebagaimana perintah-Nya. Biaya yang kita pergunakan agar bisa berumrah merupakan rezeki yang patut disyukuri. Namun, hidayah dari Allah sehingga hati ini tertata untuk berumrah jauh lebih harus disyukuri. Sebab, masih banyak saudara kita yang lapang rezekinya dan longgar dananya, akan tetapi belum terbetik di hatinya untuk berumrah.
Kadang, orang bertanya, ”Apakah tujuan berumrah?”.
Kita bisa saja memberikan beberapa jawaban. Umrah adalah ibadah yang banyak ulama menyatakan wajib hukumnya sekali seumur hidup bagi yang mampu. Umrah merupakan usaha seorang hamba dalam memenuhi panggilan Allah. Berumrah dapat menggugurkan dosa. Bahkan di sebuah hadits Ibnu Umar, Nabi menjelaskan bahwa orang yang berumrah, permintaannya akan dikabulkan Allah.
Namun,kita mesti sadar bahwa ke Mekkah untuk berumrah, sebenarnya cara kita untuk mengukur syukur.
Ada orang bertanya kepada Wuhaib bin Al Ward,”Berapakah pahala yang diperoleh jika seseorang thawaf tujuh putaran di Ka'bah?”
“Selalu saja ada orang menanyakan hal ini kepadaku",jawab Wuhaib.
Kemudian Wuhaib mengatakan, “Seharusnya yang kamu tanyakan kepadaku adalah bagaimanakah cara bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan untuknya bisa thawaf di Ka'bah?”
Nah, inilah yang perlu kita renungkan! Sah-sah saja jika seseorang berumrah karena termotivasikan pahala besar yang dijanjikan. Berlipatnya nilai shalat di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Peluang besar untuk beribadah di sana. Juga pahala-pahala yang pintunya terbukakan di sana.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa kesempatan berumrah itu harus disyukuri. Bisa beribadah di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram harus disyukuri. Bisa menyaksikan dan memandang Ka'bah secara langsung pun patut disyukuri. Merasakan suasana dan nuansa ibadah selama 24 jam harus disyukuri. Apa artinya?
Selesai berumrah nantinya -insyaAllah- ,masing-masing kita harus menilai diri sendiri, ”Apakah dirinya bisa menjadi hamba yang lebih baik dan lebih banyak bersyukurnya?”. Semoga berhasil. Jangan sampai gagal! Baarakallahu fiik
================================
#002 : Sirah Nabawiyah Karya Ibnu Hisyam *)
Sirah Nabawiyah merupakan masterpiece di bidang sejarah. Ibnu Hisyam, sang penulis adalah sejarawan terkemuka abad III Hijriyah. Buku ini tak hanya referensi lengkap kehidupan Nabi Muhammad,namun sekaligus menyentuh sejarah manusia sejak masa Nabi Adam. Kitab Sirah Ibnu Hisyam juga wujud penyempurnaan untuk kitab Al Maghazi dan As Siyar karya Ibnu Ishaq, kakek gurunya.
Sebuah cetakan yang terbit, disertai catatan kaki, jumlah halamannya 1622 yang terbagi menjadi 4 jilid.
Adz Dzahabi membaca Sirah Ibnu Hisyam hanya dalam 6 hari dibimbing oleh gurunya, Abul Ma'aali Al Abarquuhi.
Bagaimana denganmu, Dek? Apa bacaanmu? Hari-harimu untuk membaca apa?
17 Feb 2019
*) Subjudul dari kami
================================
#003 : Zahir bin Haram Al Asy-ja'i *)
Zahir bin Haram Al Asy-ja'i. Beliau secara nasab bergabung dengan suku Asy-ja' dari kabilah Ghatafan melalui jalur Adnan.
Dalam Mukhtasar Syama'il Muhammadiyah (hal.127) karya Al Albani, disebutkan sebuah hadits tentang canda Nabi Muhammad kepada Zahir.
Zahir, sahabat Nabi yang hidup di lingkungan badui, sering berkunjung ke kota Madinah untuk berjualan sekaligus membawakan hadiah untuk Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam- sangat mengasihinya.
Pernah, saat Zahir menjual barang-barang yang dibawa dari badui di pasar kota Madinah, Nabi Muhammad memeluknya dari arah belakang.
"Siapa sih ini? Ayo, lepaskan saya!", kata Zahir.
Setelah menoleh dan mengetahui Nabi Muhammad, Zahir justru membiarkan punggungnya melekat di dada Nabi Muhammad.
"Siapa yang tertarik membeli hamba sahaya ini?", Nabi Muhammad bercanda. Sebab, kita semua adalah 'abdun (hamba) bagi Allah.
Zahir bertanya, "Loh, demi Allah berarti Anda menganggap saya tidak berharga?"
Nabi Muhammad memuji, "Bukan demikian! Engkau di sisi Allah adalah hamba yang bernilai tinggi"
Al Albani dalam catatan kaki menjelaskan bahwa "Secara fisik, Zahir tergolong buruk. Namun, sejarah hidupnya sangat indah"
Apakah ada kebahagiaan melebihi sanjungan Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wasallam-, "Engkau di sisi Allah adalah hamba yang bernilai tinggi"
Masya Allah! Fisik bukan patokan. Wajah tidak menjadi acuan. Iman dan takwalah yang menjadi pembeda.
23 Feb 2020
*) Subjudul dari kami
================================
#004 : Apa yang engkau baca selama ini?
Kadang hanya berangan. Sesekali hadir dalam bayangan. Apakah bisa seperti mereka? Orang-orang hebat. Orang-orang yang mencintai ilmu. Hidup dengan membaca dan menelaah. Hidup bersanding kitab sebagai teman setia. Menghabiskan usia dengan hadits-hadits Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Pernah melihat kitab Shahih Bukhari?
Ahmad bin Utsman al Kulutati lebih dari 40 kali menyelesaikan baca shahih Bukhari
Al Fairuz-Abadi lebih dari 50 kali
Al Burhan al Halabi lebih dari 60 kali
Sulaiman bin Ibrahim al Yamani 150 kali
Ghalib bin Abdurrahman al Muharibi lebih dari 700 kali
Lalu engkau,he diri sendiri! Apa yang engkau baca selama ini?
26 Juni 2020
*) Subjudul dari kami
================================
#005 : Si Burung Saifannah
Sejenis burung unik di wilayah Mesir. Jika hinggap di sebuah pohon, daun-daunnya dimakan sampai habis oleh burung Saifannah.
Seorang ulama digelari Si Burung Saifannah.
Beliau adalah Ibrahim bin Al Husain, Abu Ishaaq bin Daiziil.
Kenapa Ibrahim dijuluki Si Burung Saifannah?
Setiap belajar kepada seorang guru, Ibrahim tidak akan pergi sebelum menulis semua hadits yang dimiliki guru tersebut.
Oleh sebab itu, beliau disamakan dengan burung Saifannah. (Adz Dzahabi,At Tarikh 21/107)
Dek, jadilah Saifannah-Saifannah zaman ini. Bersabarlah dalam thalabul ilmi. Timbalah ilmu sebaik-baiknya.
4 Sept 2020
================================
Anak Muda dan Salaf
Ditulis oleh : Al Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifai La Firlaz
https://t.me/anakmudadansalaf
KOMENTAR